HADIAH FATIHAH [Sebuah Novel]
Aku adalah seorang pemuda, yang terdiri dari Ayah, Ibu, Kakak/masku, dan aku sebagai anak yang kedua dan sekaligus terakhir.
Aku bernama fikri farikhin, aku dilahirkan bukan menjadi pribadi yang serba mewah, serba exclusive, dan lain lain. Aku dilahirkan dari jauh dari keramaian kota. Tepatnya di desa Bendiljati Kulon Sumbergempol tulungagung.
Ya, disinilah aku dilahirkan. Aku bangga meski aku tak kaya, sebab, aku dilahirkan dari seorang ibu dan mempunyai seorang ayah yang taat beragama. Kendati untuk makan tiap hari saja kami sering kekurangan, tapi ayah dan ibuku tak ada yang mengeluh sama sekali.
Pernah suatu hari beliau (ayahku) bilang ke aku,
"lee, nanti kamu harus sekolah setinggi-tingginya, jangan hanya seperti abahmu ini, hanya tamatan SD. Dan juga ibumu hanya hanya tamatan Muallimin( sekarang diganti dengan MTS/SMP)."
Itulah kata-kata yang selalu tertanam di hatiku. Ketika beliau bilang itu aku kelas 1 smp. Setelah ayahku bilang seperti itu, dalam hatiku hanya punya satu keinginan, yaitu MEMBAHAGIAKAN AYAH DAN IBUKU.
Ya, itulah keinginanku. Apapun yang aku lakukan itu demi membuat mereka bangga. Namun, andai ada sesuatu hal yang luar biasa, tapi jika ayah dan ibuku tak suka, tak akan aku lakukan.
Alhamdulillah aku termasuk siswa yang terpelajar. Menjadi siswa berperestasi dalam kelas. Memang itu tak selamanya. Jauh sebelum itu, aku sering menangis dikelas, sebab , ketika guruku menyuruh menulis, hingga jam pelajaran selesai, aku belum selesai, hingga guru dan temanku pulang, aku tetap belum selesai, akhirnya menangis. Aku belum selesai bukan karena aku malas, melainkan aku belum selesai karena kebodohanku.
Aku sering mendapat nilai nol dalam setiap ujian sekolah maupun ngajiku. Dari tk hingga smp kelas 1 aku tak pernah menjadi murid yang bisa dibanggakan orang tua. Karena tiap hari hanya menjadikan orang tua sedih. Tetangga banyak yang mencibir, bahwa aku sebagai anaknya kurang cerdas. Para tetangga bilang
"Makanya kalo punya anak itu diurusin, jangan dibiarkan saja”.
Krn ketika itu banyak dari tetangga dan saudaraku sendiri yang mengursuskan putra-putrinya di lembaga kursusan. Jadi mereka mendapat tambahan materi, sehingga ketika dikelas, mereka menjadi siswa siswa yang cerdas.
Sedangkan aku? Jangankan mau kursus, keluargaku untuk makan sehari-hari saja susah. Apalagi buat sekolah, apalagi buat kursus. Jadi aku dulu sekolah saja sering terlambat untuk membayar SPP(uang bulanan).
Akhirnya aku putuskan untuk bekerja sendiri. Ya benar, ketika itu aku punya inisiatif untuk bekerja sendiri. Aku ingin membantu orang tuaku. Aku tak tega melihat kondisi mereka. Tepatnya kelas lima sekolah dasar aku sudah bekerja sebagai buruh pencari pasir disungai. Ketika aku kerja sebagai buruh ini, ayah dan ibuku tak tau, karena aku bilang pada mereka, bahwa aku ingin jalan jalan dan bermain kerumah teman.
Jadi setiap pulang sekolah, aku izin untuk kerumah teman untuk main main dan akhirnya aku bekerja sebagai buruh.
Capek, capek dan capek. Itulah yang aku rasakan. Banyak dari orang orang tua yang kasian melihat aku. Mereka bilang, kamu tak selayaknya mencari uang. Tugas kamu adalah belajar. Itulah yang mereka bilang padaku. Namun aku hanya diam saja. Aku tak mau membawa citra buruk orang tua. Jika aku katakan sejujurnya, mereka pasti akan bilang ke orang tuaku
"Dasar, orang tua seperti apa kamu ini, tak mau mengurusi anak-anaknya sampai anaknya mencari uang sendiri”.
Pada saat itu aku tak sebersit pun punya rasa benci ke ayah dan ibu sebab beliau tidak kaya. Aku tetap bangga sebab meski miskin, ayah ibuku selalu memperhatikan aku, mengajakku shalat jamaah setiap lima waktu, mengajariku ngaji meski aku bodoh.
Daripada jadi anak orang kaya yang isinya hanya uang uang dan uang. Banyak sekali orang kaya yang hanya memikirkan uang uang dan uang. Semua diukur dengan uang. Hingga anaknya bahagia apa tidak diukur dengan uang. Biar anaknya senang diberikan uang sebanyak banyaknya, diberikan sepeda motor, mobil dan lain lain. Dan itu semua ternyata tak menjadikan ank-anak mereka bahagia, karena uang saja tidak cukup. Karna anak anak itu butuh yang namanya cinta kasih dari seorang ayah dan ibu.
Kebodahanku dalam segala materi ini berakhir ketika aku menginjak kelas dua smp. Tirakatan ibu, dan juga ikutnya ibu disetiap pengajian gus miek, yaitu khotmil qur’an dan dzikrul ghofilin setiap jum’at legi ternyata tak sia-sia.
Sering ibuku memberiku minuman air putih, katanya itu adalah air barakah dari para ulama. Ibuku berkeinginan aku juga nantinya menjadi ulama. Dan ibuku juga berkeinginan aku bisa menjadi pribadi sperti gus miek. Yaitu bisa hafal Al-Qur’an 30 juz dengan fasih.
Ketika aku menginjak kelas dua smp bakatku mulai muncul. Kendati sore hari aku mencari uang dengan cara mencari pasir disungai, namun aku tetap mendapat peringkat teratas, yaitu juara satu. Guruku menangis, ketika melihat prestasiku. Sebab beliau tahu ketika aku dulu kelas satu smp aku adalah murid yang bodoh dan menangis Karena anak semuda aku sudah mencari uang sendiri seperti orang dewasa.
Wali kelasku pernah memberikan hadiah aku berupa buku- buku tulis dan buku-buku bacaan dan juga pen, pensil dll. Ketika memberikan hadiah itu, beliau menangis, bukan menangis karena benci tapi menangis karena bangga. Bangga punya murid seperti aku.
Pada waktu itu aku tak kenal kta kata “sombong”. Dalam kamus otakku belum ada kata kata itu. Atau bahkan hingga kini. Jadi ketika guruku memberikan penghargaan seperti itu ke aku ,aku ya biasa biasa saja. Temanku yang dulunya menjauh dariku sekarang lambat laun mereka banyak yang mendekatiku. Karna meski aku miskin namun aku jadi murid kebanggaan wali kelasku. Apalagi anak-anak perempuan, banyak dari mereka menaruh simpati padaku.
Sering para kaum hawa ini mengirimi surat padaku dan belum pernah sekalipun aku membalasnya. Aku takut. Entahlah aku takut apa. Yang jelas dulu aku sangat takut itu saja.
Perlu aku jelaskan sekedar mengingat wali kelasku, wali kelasku yang bangga padaku itu, adalah ibu Monaslia Irawati. Beliau sangat cantik sekali. Anggun giginya besar besar. Aku suka sekali senyumannya. Suatu hari pernah berkata padaku, beliau bilang
“yang sekarang tidak tidak sukses dikelas ini, belum tentu diluar juga tidak sukses, dan sebaliknya, yang disini sukses belum tentu diluar juga sukses.”
Itulah kata-kata yang sangat berarti buat aku yang akhirnya aku bawa kata kata itu untuk mengarungi bahtera kehidupan ini.
Ketika kelas dua ini, aku terpilih menjadi ketua OSIS. Dan aku pikir aku bukanlah ketua osis biasa. Sebab ketua osis yang tiap harinya bekerja menjadi buruh pasir sungai, hehehe, menyedihkan. Tapi aku bangga waktu itu, sebab, lawanku untuk menjadi ketua osis ini sangat tangguh tangguh. Dan akhirnya Allah telah memberikan amanah padaku untuk menjadi ketua osis. Aku ketika itu membawahi siswa sebanyak kurang lebih tujuh ratus orang. Sebab aku sekolah di smp negeri satu sumbergempol tulungagung. Sekedar untuk diketahui, aku ketika jadi ketua osis berbeda sekali dengan ketua osis pada tahun tahun akhir ini, dulu aku meski masih kelas dua smp , aku pernah berani mengadakan persahabatan dengan sekolah lain, yaitu persahabatan sepak bola, ketika itu aku minta dana kepada guru Pembina osis untuk menyewakan truk Besar empat. Aku masih ingat betul suasana itu. Dan ketika acara dengan sekolah lain itu, aku harus sambutan karena aku sebagai ketua osis. Banyak dari teman dan juga guru-guru kagum padaku. Aku masih kelas dua smp sudah bisa bicara seperti itu didepan khalayak umum. Hebaaaaaaaat, itu yang mereka katakan. Tapi menurutku “ah biasa aja”. Hehehehe
Ketika jadi osis aku mengadakan kerjasama dengan salah satu pondok pesantren dekat sekolah smpku. Yaitu Pencak silat. Dengan adanya itu teman-temanku banyak yang ikut. Juga pernah mengundang dari kepolisian untk mengadakan sarasehan dengan siswa siswa smp sekolahku. Juga mengadakan acara cinta alam.yaitu dengan cara mendaki gunung tulungagung dan sekitrnya, juga mengadakan diklat keagamaan seperti cara memandikan dan mengkafani jenazah,shalat Jenazah, motivasi belajar dari motivator2, diklat tentang hukum-hukum puasa dan lain sebagainya. Juga aku melahirkan program pembuatan weekly news( bulletin mingguan sekolah) yang mengisi buletin itu dari panitia dan juga dari para siswa itu dan juga para guru.dan acara itu sukses sampai aku mendapat penghargaan piala dari kepala sekolah.
Jadi sangat ada manfaatnya. Bukan seperti ketua osis sekarang ini,isinya hanya mengisi lomba acara akhir semester saja. Dan selainnya hanya gaya gayaan, kesana kemari pakai seragam dengan tulisan ANGGOTA OSIS . preeeeet, apa itu. Gak ada gunanya. Seandainya sadar diri, jadi ketua dan juga anggota osis adalah sperti DPR. Yaitu menjadi lidah para masyarakat, bukan malah gagah gagahan setelah jadi.
Part 2
Waktu pun terus berlalu detik, menit berlalu dari hadapanku. Tak terasa tiba saatnya lulusan kelas tiga. Semua menggunakan baju hitam putih, dengan songkok hitam nasional . teman teman riang gembira. Semua mengajak orang tua mereka untuk menghadiri wisuda kelulusan.
Berbeda dengan aku. Aku datang sendiri, tanpa kehadiran orang tua. Karena aku memang tak bilang ke orang tua kalau hari itu adalah hari aku wisuda. Ketika itu aku datang terakhir ,aku memang sudah niatkan , jika nanti aku datang awal , aku akan malu dan akan ditanya mana orang tuaku. Tapi jika aku datang akhir, aku tak akan ditanya. Sebab orangtua sudah banyak yang datang. Namun ternyata dugaanku salah, ketika aku datang, teman teman ku semua mendatangiku, dan mereka mengucapkan terimakasih disertai tangisan. Mereka berterima kasih karna akulah, mereka ada kesemangatan lagi untuk belajar. Banyak siswa ketika kelas tiga, cobaan umum sekolah, yaitu rasa malas hinggap pada diri teman temanku, dengan bekal motivasi dan ajakan yang aku punya. Mereka semua menjadi semangat belajar. Aku langsung diajak ke depan berkumpul dengan teman teman yang lain.tak lupa, aku sebelum duduk ,aku mencari wali kelasku dulu ketika kelas dua, yaitu ibu Monaslia Irawati. Ketika itu sangat cantik dan anggun. Guruku ini datang bersama dengan suaminya yang bernama Muhammad agus salim. Yang terkenal dengan kedisiplinannya. Jika terlambat sedikit, langsung dipukul sampai berbekas warna biru gratis tanpa bayar. Tapi gak bisa jalan akhirnya. Heheehehe.
(maaf tak aku ceritakn semuanya)
Akhirnya “Fikri Farikhin memperleh juaara satu “. Itulah juara yang aku hasilkan ketika itu. Aku maju kedepan untuk mendapat hadiah dari kepala sekolah. Ketika itu sekolahku mengundang bapak camat, dan akhirnya hadiah tak hanya aku terima dari kepala sekolah tapi juga dari bapak camat.
Aku mendapat hadiah berupa uang 200 ribu rupiah dari bapak camat. Dan 100 ribu rupiah dari kepala sekolah dan juga buku buku pilihan. Dan dari wali kelasku aku dapat hadiah buku novel berat. Memang aku ketika smp sudah suka membaca novel yang berat berat. Seperti Bumi manusia, karaya pramoedya ananta toer, Dunia Sofie, karya-karya chairil Anwar dan lain sebagainya.
Part 3
Aku memutuskan unttuk meninggalkan desaku tercinta, sebab aku sudah tidak merasa betah. Aku dimana-mana disanjung sanjung , dipuji karena kepandaianku. Banyak perempuan suka padaku. Bahkan putri kepala sekolahku yang (ketika itu menjadi bunga desanya sekolahku) menyurati aku dan berkata jujur padaku bahwa dia ingin aku menjadi pacarnya.heh, pacar? aku tolak, karena aku sadar akau siapa [aku sadar mergo aku sadar aku sopo. wkwkwkw]
Bagaimanapun aku tak mau . aku masih ingin mencari ilmu. Akhirnya aku putuskan untuk meninggalkan desaku. Aku ingin mencari suasana yang baru dikota. Agar aku tak ada yang mengenali, agar tak ada yang memujiku. Tak ada perempuan yang suka padaku. Karena aku miskin dan tak punya apa apa. Dan menjadi orang biasa.
Orangtuaku setuju. Kendati berat. Apalagi ibu. Ibuku sebenarnya berat, tapi karena aku bersikeras untuk meninggglakan desa,akhrinya ibuku mengizinkannya.
Akhirnya aku ke kota dan aku mengikuti ujian tes masuk di sekolah yang paling terkenal di Tulungagung. Yaitu SMUBOY.yaitu sekolah menengah atas boyolangu.
Itu adalah sekolah favorit di Tulungagung. Ketika itu nilai ujian nasional tertinggi adalah 50, siswa yang ingin mengikuti ujian masuk disitu dengan nilai 40, itu tak diterima. Minimal 42. Jadi jika termasuk siswa kurang cerdas tak mungkin boleh ikut ujian .dan Alhamdulillah aku bisa melewati ujian masuk disitu dengan mudahnya.
Dan dari sinilah cobaan hidupku bermula ………..
Aku harus kost, makan , sekolah dan memenuhi kebutuhan lain dengan biaya sendiri.
Terkadang aku ingin pulang kedesa. Sebab, aku susah. Dikota ternyata susah. Mencari uang tak semudah di desa. Dikota serba individualis orangnya. Aku bingung. Aku harus sekolah, makan dan lain lain, dengan keringatku sendiri.
Akhirnya ketika itu aku punya pekerjaan, yaitu menjadi tukang bersih-bersih kolam renang. Aku bagi waktuku. Pagi setelah subuh, aku ikut mengaji dipondok pesantren yang tak jauh dari tempatku kost, jam 7 sampai jam 2 aku sekolah, jam setengah tiga smapi jam 4 aku mengaji kitab dan kajian agama di lembaga diniah dan setelah itu hingga jam sepuluh malam aku kerja sebagai cleaning service di kolam renang di tulungagung.
Tahun pertama aku bekerja aku bisa maksimal. Dan hasilnya cukup untuk makan, biaaya sekolah dan mengaji, dan tiap bulan aku juga bisa kirim uang ke desa untuk ibu yang aku titipkan teman di tempat aku bekerja.
Ujian mulai terasa. . .
Aku mulai sakit. Aku tak enak makan ,dan badanku menjadi kurus. Aku jadi tak kuat bekerja. Lalu aku pergi ke dokter. Aku pergi ke dokter, nama dokternya adalah Lilik . Ia dokter laki laki. tapi entahlah namanya kok lilik. Dia Kristen. Tapi setiap menyuntik pasien selalu menyuruh membaca basmalah, dan jika ada seorang kiai atau tokoh agama yang suntik atau berobat , tak pernah disuruhnya membayar. Hebat bukan .gak seperti sekarang.
Dokter lilik bilang kalu aku sakit liver. Jadi aku tak boleh bekerja hingga menyebabkan aku capek. Serasa aku dipukul palu dadaku ketika itu. aku harus bagaimana. Aku harus kerja untuk sesuap nasi, tapi aku tak boleh capek. Aku menangis dihadapannya pak dokter lilik.
“pak,saya ini kan harus bekerja, saya di kota ini tak punya siapa siapa, semua keluarga saya di desa, jadi saya harus berkerja sendiri, lalu bagaimana jika saya gak boleh capek?”
“boleh capek, tapi jangan terlalu, fikri harus punya waktu khusus untuk istirahat. Jangan untuk aktivitas terus menerus
”
Akhirnya aku putuskan untuk berhenti mengaji pagi dan sore. Pagi stelah subuh, aku olahraga, lalu sekolah, dan setelah sekolah aku tidur. dan jam 4 aku berang bekerja hingga jam 10 malam . Dan akhirnya nilaiku mulai merosot. Ditahun pertama aku bisa mendapatkan peringkat tiga. Tapi ditahun kedua ini aku mendapatkan peringkat 11. Kok kayak pemain sepak bola saja. Aku tertawa sendiri . Aku tertawa sambil menangis. Aku bagaimana ini. Tapi ya sudahlah. Tak ada gunanya menyesali sesuatu yang telah terjadi . Ia takkan pernah kembali. Lebih baik aku fokus pada masa depanku.
Di tahun ketiga, aku bingung, aku harus bekerja lebih banyak lagi, kerena ketika itu barang-barang naik, tapi penghasilanku tetap.dan biaya sekolahpun bertambah, sebab aku harus mengikuti ujian nasional. Tak sedikit dana yang harus aku kumpulkan ketika itu. aku bingung, aku pernah bilang pada bos tempat aku bekerja, “ pak sekarang kan barang-barang naik, apa tidak dinaikkan upah saya bekerja?”. Dia menjawab, kalau mau kerja disini ya segini bayarannaya. Kalau gak mau ya sudah. Pergi sana cari tempat lain.
Ketika aku mendapat jawaban seprti itu aku menangis, ya Allah akankah aku selesai sekolah, berhenti atau aku selesaikan sekolahku?. Tapi aku bagaimana ini. Rasanya aku ingin kembali ke desa. Tapi kepalang tanggung. Baju sudah basah. Aku harus nyemplung sekalian . aku harus kerja lebih giat lagi. Akhirnya aku kerja sebagai tukang Koran. Aku pagi jam tiga sudah bangun shalat malam lalu bergegas pergi ke newsstand(kios Koran). Lalu aku mengantarkan ke tempat-tempat orang-orang pesan. Hingga berakhir jam setengah tujuh. Dan sorenya setelah sekolah aku kerja di penggorengan kacang. Dan malamnya aku harus kerja di tempat kolam renang sampai jam 10 malam. Rasanya kayak mau mati. Hidupku hancur. Aku harus kerja, tapi aku juga harus sehat dan tak boleh lelah, karena aku sakit liver. Aku bingung. Bagaimana ini.
Aku tiap malam ketika shalat tahajjud selalu menagis mengingat kegiatanku saat ini. Kapan aku harus belajar. Tak ada waktu belajar buat aku. Semua sudah aku gunakan untuk bekerja. Dan setiap sekolah aku pasti mengantuk . aku sudah dipanggil tiga kali oleh wali kelasku. Karena nilaiku rendah dan sering tidur dikelas. Wali kelasku bilang, jika tak ada perubahan terpaksa aku harus berhenti sekolah .dan tidak bisa mengikuti ujian nasional. Aku bingung. Aku menangis. “maafkan anakmu ibu, abah, belum bisa menjadi anak kebanggaanmu.”
Aku harus menepis semua ini,aku harus bekerja. Sebisa mungkin. Aku berfikir. Jika memang aku harus diberhentikan dari sekolah aku akan terima itu. memang itu salahku karena sering tidur dan terlambat sekolah. Tapi aku tak boleh menyerah, aku berfikir, mungkin dari inilah aku bisa mendapatkan hikmah.
Inna ma’al yusri yusro(setelah kesulitan pasti ada kemudahan). Wamayyatawakkal alallah yaj’al lahu makhroja.(barang siapa yang bertawakkal pada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya).
Detik-detik ujian nasional pun datang. Tiga bulan sebelum itu, siswa siswa sudah bingung untuk belajar. Karena yang dulunya hanya dua macam soal, menjadi lima macam soal perkelas. Banyak guru guru yang kebakaran jengggot harus bagaimana mengajar muridnya. Banyak siswa perempuan yang takut tidak lulus. Sebab materi yang biasanya mudah, ketika itu dibuat sulit. Katanya itu sudah ketentuan dari depdikbud. Sekolah tak bisa mengelak. Yang bisa guru-guru lakukan hanyalah mengajar semaksimal mungkin pada anak didiknya. Dan inilah yang menjadi kendala buat aku .aku harus ikut les. Yang kemarinnya aku bisa buat kerja aku sekarang harus ikut les. Akhirnya pendapatanku berkurang.aku bingung lgi.
Part 4
Ujian Nasional pun dimulai. Semua siswa dan siswi memasuki kelas. Aku juga. Dan ketika itu aku blank alias tidak belajar sama sekali dan juga rasa kantukkpun sangat menyerang tubuhku. Aku memaksakan diri untuk tidak tidur. lalu aku buka soal itu, bismillahirrahmanirrahim. Aku langsung teringat ayahku dan ibuku. Jika aku ujian apapun ayah dan ibuku selalu menyuruhku membaca doa
"Robbisrohli sodri wayassirli amri …..ila akhirihi).
Lalu setelah membaca doa, aku buka, tak ada yang aku faham kecuali sedikit. Ketika itu materinya adalah IPA. Tak bisa mengerjakan sama sekali sebab memang tak pernah belajar. Aku menangis, yaa Allah,aku bagaimana ini, jika aku tak lulus bagaimana. Aku bingung. Aku bingung aku bingung ya Allah.
Lalu aku ingat dengan guru guruku semua. Aku memang terbiasa kirim fatihah kepada orang tua, kakak saudara dan tak lupa kepada guru guruku semua. Lalu aku baca fatihah untuk aku hadiahkan kepada guru guruku semua. Dan diakhir aku membaca fatihah, suasana menjadi tenang. Dan akhirnya semua gelap gelap dan gelap. Aku tak bisa melihat sekelilingku. Lalu setelah itu ada cahaya terang dari jauh. Makin lama makin dekat, aku takut. Lalu aku baca fatihah lagi, semakin aku baca fatihah semakin mendekatlah cahaya itu, ternyata ada sosok bergerak. Lalu seseroang yang senyum padaku. Ternyata makin lama makin banyak dan makin banyak. Mereka semua adalah guruku semua. Satu satu mereka menjelaskan materinya masing masing. Materi kelas 1 sampai kealas 3 smu. Tak lama kemudian ada yang memanggilku, fikri fikri fikri, hey,hey, aku bingung mencari sumber suara itu. dan akhrinya aku seperti terkena petir, doooor,door doooor.akhirnya aku bangun. Ternyata barusan aku tertidur. Ternyata hanya mimpi. Dan kepalaku sakit sekali . sebab barusan aku ternyata dipukul oleh penjaga ujian nasionalku. Sebab aku tidur saat ujian .aku dimarahi habis habisan. “katanya sekolah favorit, tapi ketika ujian nasional aja tidur. sekolah apa ini”.kata guru itu.
“Maaf pak ,saya capek dan ngantuk.”kataku.
Lalu aku mengerjakan soal lagi dalam keadaan mengantuk.
Part 5 [Ending]
tepatnya hari ahad tanggal 11 Maret tahun 2005,
Hari ini aku wisuda. Tapi aku tidak wisuda.sebab aku belum bisa membayar biaya administrasi .tapi biarlah yang penting akubisa ambil nilaiku.
Aku berangkat kesekolah. Sampai sekolah semua sudah menggunakan baju wisuda layaknya mahasiwa perguran tinggi. Putra putri saling foto memfoto . mereka semuanya akan diwisuda. Kendati nilai belum diumumkan .tapi yang jelas, mereka semua positive thinking lulus. Sebab memang mereka semua sudah mempersiapkan ujian dengan sebaik baiknya. Tak seperti aku. Tapi aku juga berusaha untuk positive thinking. Aku juga yakin bahwa aku lulus. Karena dulu kan di smp aku juara 1.
Tak disangka. Aku dipanggil wali kelas. Disuruh menghadap kepala sekolah. Wajah wali kelasku tak menunjukkan rasa bahagia. Aku sudah merasakan sesuatu yang tidak beres. Wali kelasku bilang sekarang saya suruh menghadap kepala sekolah.tapi jangan disini, dirumahnya. Lalu aku dibonceng wali kelasku. Wali kelasku menangis,ketika diperjalanan ketika memboncengku. Disitu aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi padaku. Tapi aku tak boleh menyesalinya karena semua itu sudah menjadi keputusanku.
Dijalan wali kelasku bilang, makanya jangan cuman kerja saja. Saya tau kamu itu bekerja untuk membiayai hidup kamu. Tapi bagaimana akhirnya jika harus berakhir seperti ini sekolahmu. Apa kamu tidak kasihan ke orang tua kamu. Kamu tidak lulus satu kali , tapi hal itu akan membekas kepada anak turunmu.
Ibu sadar, tapi tapi tapi,…..[tetesan air matapun mengalir di pipi ibu wali kelasku].
“biarlah bu, semua sudah menjadi keputusan saya. Saya memang harus bekerja. Jika memang saya tidak lulus , ya tidak apa apa. Toh saya tidak belajar bukan karena saya main santai santai seperti anak-anak muda yang lain. Saya bekerja. Untuk saya hidup dan juga saaya kirimkan buat keluarga. Jadi jika memang Allah menakdirkan saya tidak lulus dalam ujian ini, saya terima dengan ikhlas. Semua dari Allah bu, saya tak boleh melawan kehendak Allah. Biarlah semua yang memutuskan Allah. Mungkin ini baik buat saya di hari kelak.”
Sampailah aku dirumah pak kepala sekolah, sudah menjadi kebiasaan jika ada siswa tidak lulus pasti disuruh ketempat kepala sekolah untuk diberi wejangan, sehingga bisa lebih baik untuk hari esoknya. Begitu juga aku hari ini. Aku disuruh ketempat kepala sekolah. Syukurlah guru guruku dan khususnya kepala sekolahku tidak tega jika sampai aku nanti malu di depan teman teman. Semua lulus dan aku tidak. Terimakasih ya Allah.
“Oh ini, anaknya”Tanya kepala sekoalhku ketika aku memasuki rumah beliau bersama ibu wali kelas.
“ia pak,”meski aku sudah ikhlaskan, tapi aku tetap tak bisa membendung air mataku jatuh. Aku merasa perjuanganku tiga tahun dan sekarang adalah hari puncaknya ternyata gagal total. TIDAK LULUS.
“maaf pak, saya tidak sempat belajar sama sekali di kelas tiga, karena saya harus bekerja.”
“kenapa kamu bilang gitu fikri, saya tahu itu.saya sudah tau dari anik." Anik adalah putri tunggal dari bapak kepala sekolah itu. dan Anik ini adalah gadis tercantik yang ada disekolahku ini. Disamping cantik , anik ini juga selalu mendapat juara satu.
Ternyata gadis cantik yang bernama anik, yang punya kepanjagan Anik Dwi Hartini Tabrani, yang menjadi dambaan semua anak laki laki di sekolahku, telah memperhatikanku.
Lalu kepala sekolah juga bilang
“dia sangat kagum dengan prestasimu di masa smp dulu. Dulu di smp juga pernah menjadi osis. Cuman bukan ketua. Tapi hanya sebagai wakil saja. Dan kamu tau, dia sekolah dimana, dia sekolah di smp 1 pancasila, tempat kamu pernah mengadakan acara persahabatan antar sekolah. Yang pada waktu itu kamu katanya memberikan sambuatan . Anik sangat iri bisa seperti kamu. Awalnya aku tak percaya. Dia juga tau bahwa kamu adlah kamu sudah bekerja sendiri. Rajin ibadah. Dan tidak pernah mau pacaran. Itulah yang membuat anik menaruh simpati ke kamu. “
Lalu kepala sekolah memengan pundakku dan akhirnya menangis, dalam tangisnya, beliau bilang “ fikri , saya sebagai kepala sekolah sangat bangga punya murid sepertimu .seandainya putraku dulu masih hidup , betapa bangganya saya. Dulu saya punya putra cerdas seperti kamu, namanya mirza abdillah, namun, ketika kelas tiga sma, ketika akan menerima hasil ujian nasional , dia kepantai liburan dan akhirnya hilang terkena ombak, dan ketika ketemu sudah terbujur kaku.
“lalu anik itu adinya ya pak?”aku coba untuk bertanya pdnya.
“ya, anik adalah putriku. Adiknya mirza,dan menurutmu anik itu bagaimana?cantik apa tidak?”
Aku bingung mau menjawab bagaimana. Nanti jika aku menjawab tidak, aku dikira tak menghina, tapi jika aku bilang cantik, ntar dikira aku suka dengan anaknya, akhirnya aku jawab “ ya cantiklah lah pak, namanya juga perempuan. Kalo saya ya ganteng, saya kan laki laki.hehehe”.
Lalu kepala sekolah dan wali kelasku pun tertawa.
"Begini fik, tadi bapak menyuruh ibu wali kelas kamu ini untuk datang kesini, karena aku penasaran, seperti apa sebenarnya kamu itu. dan sekarang bapak sudah tahu kamu . karena anik ngomongnya terlalu tinggi, seperti dibuat buat. Kayak novel saja kata saya. Dan ternyata itulah adanya.
Yang jelas, saya sangat bangga, punya murid seperti fikri ini. Jika fikri ingin melanjutkan kuliah setelah ini,saya akan menanggung semua biayanya. Sambil ketika kuliah nanti, kamu bisa menemani anakku anik agar dia bisa mandiri seperti kamu. Dia manja sekali. Karena wajar memang dia putri tunggalku. Rumahku yang sebesar ini buat siapa kalo bukan buat dia. Dan juga ibunya juga sudah tidak ada .sudah wafat. Jadi, yang aku punya sekarang ya hanya anik. Jadi sudilah kamu nanti kuliah menemani anakku ini."
Aku semakin bingung, dan ibu wali kelasku juga bingung. Katanya aku gak lulus, tapi kok malah gini ngomongnya kepala sekolah, aku lalu berbisik pada ibu wali kelas.
"Buk ,katanya aku gak lulus. Kok kepala sekolah bilangnya gitu."
Lalu aku tanyakan kepada pak kepala sekolah, “maaf pak , saya lulus apa tidak dalam ujian nasional ini?”
“loh gimana to , apa kamu belum tahu, bahwa juara terbaik dari yang terbaik dalam ujian nasional tahun ini , bukan hanya sekolah ini, tapi nilai terbaik dari semua sekolah negeri di tulungagung ini adalah kamu, fikri. “
“ ha, ya pak”
“iya”
“ya Allah, terimakasih ya Allah,”
Air mataku menetes tiada henti yang tak bisa aku bendung.
“dan juara dua terbaik dari sekolah di tulungagung ini juga diraih oleh sekolah kita, yaitu seorang putri yang sangat kagum dengan kepribadianmu sebagai seorang pelajar, yaitu anakku sendiri, Anik Dwi Hartini.
Novel ini adalah based on the true story dari seorang guru yang sangat penulis kagumi hingga kini.
Aku bernama fikri farikhin, aku dilahirkan bukan menjadi pribadi yang serba mewah, serba exclusive, dan lain lain. Aku dilahirkan dari jauh dari keramaian kota. Tepatnya di desa Bendiljati Kulon Sumbergempol tulungagung.
Ya, disinilah aku dilahirkan. Aku bangga meski aku tak kaya, sebab, aku dilahirkan dari seorang ibu dan mempunyai seorang ayah yang taat beragama. Kendati untuk makan tiap hari saja kami sering kekurangan, tapi ayah dan ibuku tak ada yang mengeluh sama sekali.
Pernah suatu hari beliau (ayahku) bilang ke aku,
"lee, nanti kamu harus sekolah setinggi-tingginya, jangan hanya seperti abahmu ini, hanya tamatan SD. Dan juga ibumu hanya hanya tamatan Muallimin( sekarang diganti dengan MTS/SMP)."
Itulah kata-kata yang selalu tertanam di hatiku. Ketika beliau bilang itu aku kelas 1 smp. Setelah ayahku bilang seperti itu, dalam hatiku hanya punya satu keinginan, yaitu MEMBAHAGIAKAN AYAH DAN IBUKU.
Ya, itulah keinginanku. Apapun yang aku lakukan itu demi membuat mereka bangga. Namun, andai ada sesuatu hal yang luar biasa, tapi jika ayah dan ibuku tak suka, tak akan aku lakukan.
Alhamdulillah aku termasuk siswa yang terpelajar. Menjadi siswa berperestasi dalam kelas. Memang itu tak selamanya. Jauh sebelum itu, aku sering menangis dikelas, sebab , ketika guruku menyuruh menulis, hingga jam pelajaran selesai, aku belum selesai, hingga guru dan temanku pulang, aku tetap belum selesai, akhirnya menangis. Aku belum selesai bukan karena aku malas, melainkan aku belum selesai karena kebodohanku.
Aku sering mendapat nilai nol dalam setiap ujian sekolah maupun ngajiku. Dari tk hingga smp kelas 1 aku tak pernah menjadi murid yang bisa dibanggakan orang tua. Karena tiap hari hanya menjadikan orang tua sedih. Tetangga banyak yang mencibir, bahwa aku sebagai anaknya kurang cerdas. Para tetangga bilang
"Makanya kalo punya anak itu diurusin, jangan dibiarkan saja”.
Krn ketika itu banyak dari tetangga dan saudaraku sendiri yang mengursuskan putra-putrinya di lembaga kursusan. Jadi mereka mendapat tambahan materi, sehingga ketika dikelas, mereka menjadi siswa siswa yang cerdas.
Sedangkan aku? Jangankan mau kursus, keluargaku untuk makan sehari-hari saja susah. Apalagi buat sekolah, apalagi buat kursus. Jadi aku dulu sekolah saja sering terlambat untuk membayar SPP(uang bulanan).
Akhirnya aku putuskan untuk bekerja sendiri. Ya benar, ketika itu aku punya inisiatif untuk bekerja sendiri. Aku ingin membantu orang tuaku. Aku tak tega melihat kondisi mereka. Tepatnya kelas lima sekolah dasar aku sudah bekerja sebagai buruh pencari pasir disungai. Ketika aku kerja sebagai buruh ini, ayah dan ibuku tak tau, karena aku bilang pada mereka, bahwa aku ingin jalan jalan dan bermain kerumah teman.
Jadi setiap pulang sekolah, aku izin untuk kerumah teman untuk main main dan akhirnya aku bekerja sebagai buruh.
Capek, capek dan capek. Itulah yang aku rasakan. Banyak dari orang orang tua yang kasian melihat aku. Mereka bilang, kamu tak selayaknya mencari uang. Tugas kamu adalah belajar. Itulah yang mereka bilang padaku. Namun aku hanya diam saja. Aku tak mau membawa citra buruk orang tua. Jika aku katakan sejujurnya, mereka pasti akan bilang ke orang tuaku
"Dasar, orang tua seperti apa kamu ini, tak mau mengurusi anak-anaknya sampai anaknya mencari uang sendiri”.
Pada saat itu aku tak sebersit pun punya rasa benci ke ayah dan ibu sebab beliau tidak kaya. Aku tetap bangga sebab meski miskin, ayah ibuku selalu memperhatikan aku, mengajakku shalat jamaah setiap lima waktu, mengajariku ngaji meski aku bodoh.
Daripada jadi anak orang kaya yang isinya hanya uang uang dan uang. Banyak sekali orang kaya yang hanya memikirkan uang uang dan uang. Semua diukur dengan uang. Hingga anaknya bahagia apa tidak diukur dengan uang. Biar anaknya senang diberikan uang sebanyak banyaknya, diberikan sepeda motor, mobil dan lain lain. Dan itu semua ternyata tak menjadikan ank-anak mereka bahagia, karena uang saja tidak cukup. Karna anak anak itu butuh yang namanya cinta kasih dari seorang ayah dan ibu.
Kebodahanku dalam segala materi ini berakhir ketika aku menginjak kelas dua smp. Tirakatan ibu, dan juga ikutnya ibu disetiap pengajian gus miek, yaitu khotmil qur’an dan dzikrul ghofilin setiap jum’at legi ternyata tak sia-sia.
Sering ibuku memberiku minuman air putih, katanya itu adalah air barakah dari para ulama. Ibuku berkeinginan aku juga nantinya menjadi ulama. Dan ibuku juga berkeinginan aku bisa menjadi pribadi sperti gus miek. Yaitu bisa hafal Al-Qur’an 30 juz dengan fasih.
Ketika aku menginjak kelas dua smp bakatku mulai muncul. Kendati sore hari aku mencari uang dengan cara mencari pasir disungai, namun aku tetap mendapat peringkat teratas, yaitu juara satu. Guruku menangis, ketika melihat prestasiku. Sebab beliau tahu ketika aku dulu kelas satu smp aku adalah murid yang bodoh dan menangis Karena anak semuda aku sudah mencari uang sendiri seperti orang dewasa.
Wali kelasku pernah memberikan hadiah aku berupa buku- buku tulis dan buku-buku bacaan dan juga pen, pensil dll. Ketika memberikan hadiah itu, beliau menangis, bukan menangis karena benci tapi menangis karena bangga. Bangga punya murid seperti aku.
Pada waktu itu aku tak kenal kta kata “sombong”. Dalam kamus otakku belum ada kata kata itu. Atau bahkan hingga kini. Jadi ketika guruku memberikan penghargaan seperti itu ke aku ,aku ya biasa biasa saja. Temanku yang dulunya menjauh dariku sekarang lambat laun mereka banyak yang mendekatiku. Karna meski aku miskin namun aku jadi murid kebanggaan wali kelasku. Apalagi anak-anak perempuan, banyak dari mereka menaruh simpati padaku.
Sering para kaum hawa ini mengirimi surat padaku dan belum pernah sekalipun aku membalasnya. Aku takut. Entahlah aku takut apa. Yang jelas dulu aku sangat takut itu saja.
Perlu aku jelaskan sekedar mengingat wali kelasku, wali kelasku yang bangga padaku itu, adalah ibu Monaslia Irawati. Beliau sangat cantik sekali. Anggun giginya besar besar. Aku suka sekali senyumannya. Suatu hari pernah berkata padaku, beliau bilang
“yang sekarang tidak tidak sukses dikelas ini, belum tentu diluar juga tidak sukses, dan sebaliknya, yang disini sukses belum tentu diluar juga sukses.”
Itulah kata-kata yang sangat berarti buat aku yang akhirnya aku bawa kata kata itu untuk mengarungi bahtera kehidupan ini.
Ketika kelas dua ini, aku terpilih menjadi ketua OSIS. Dan aku pikir aku bukanlah ketua osis biasa. Sebab ketua osis yang tiap harinya bekerja menjadi buruh pasir sungai, hehehe, menyedihkan. Tapi aku bangga waktu itu, sebab, lawanku untuk menjadi ketua osis ini sangat tangguh tangguh. Dan akhirnya Allah telah memberikan amanah padaku untuk menjadi ketua osis. Aku ketika itu membawahi siswa sebanyak kurang lebih tujuh ratus orang. Sebab aku sekolah di smp negeri satu sumbergempol tulungagung. Sekedar untuk diketahui, aku ketika jadi ketua osis berbeda sekali dengan ketua osis pada tahun tahun akhir ini, dulu aku meski masih kelas dua smp , aku pernah berani mengadakan persahabatan dengan sekolah lain, yaitu persahabatan sepak bola, ketika itu aku minta dana kepada guru Pembina osis untuk menyewakan truk Besar empat. Aku masih ingat betul suasana itu. Dan ketika acara dengan sekolah lain itu, aku harus sambutan karena aku sebagai ketua osis. Banyak dari teman dan juga guru-guru kagum padaku. Aku masih kelas dua smp sudah bisa bicara seperti itu didepan khalayak umum. Hebaaaaaaaat, itu yang mereka katakan. Tapi menurutku “ah biasa aja”. Hehehehe
Ketika jadi osis aku mengadakan kerjasama dengan salah satu pondok pesantren dekat sekolah smpku. Yaitu Pencak silat. Dengan adanya itu teman-temanku banyak yang ikut. Juga pernah mengundang dari kepolisian untk mengadakan sarasehan dengan siswa siswa smp sekolahku. Juga mengadakan acara cinta alam.yaitu dengan cara mendaki gunung tulungagung dan sekitrnya, juga mengadakan diklat keagamaan seperti cara memandikan dan mengkafani jenazah,shalat Jenazah, motivasi belajar dari motivator2, diklat tentang hukum-hukum puasa dan lain sebagainya. Juga aku melahirkan program pembuatan weekly news( bulletin mingguan sekolah) yang mengisi buletin itu dari panitia dan juga dari para siswa itu dan juga para guru.dan acara itu sukses sampai aku mendapat penghargaan piala dari kepala sekolah.
Jadi sangat ada manfaatnya. Bukan seperti ketua osis sekarang ini,isinya hanya mengisi lomba acara akhir semester saja. Dan selainnya hanya gaya gayaan, kesana kemari pakai seragam dengan tulisan ANGGOTA OSIS . preeeeet, apa itu. Gak ada gunanya. Seandainya sadar diri, jadi ketua dan juga anggota osis adalah sperti DPR. Yaitu menjadi lidah para masyarakat, bukan malah gagah gagahan setelah jadi.
Part 2
Waktu pun terus berlalu detik, menit berlalu dari hadapanku. Tak terasa tiba saatnya lulusan kelas tiga. Semua menggunakan baju hitam putih, dengan songkok hitam nasional . teman teman riang gembira. Semua mengajak orang tua mereka untuk menghadiri wisuda kelulusan.
Berbeda dengan aku. Aku datang sendiri, tanpa kehadiran orang tua. Karena aku memang tak bilang ke orang tua kalau hari itu adalah hari aku wisuda. Ketika itu aku datang terakhir ,aku memang sudah niatkan , jika nanti aku datang awal , aku akan malu dan akan ditanya mana orang tuaku. Tapi jika aku datang akhir, aku tak akan ditanya. Sebab orangtua sudah banyak yang datang. Namun ternyata dugaanku salah, ketika aku datang, teman teman ku semua mendatangiku, dan mereka mengucapkan terimakasih disertai tangisan. Mereka berterima kasih karna akulah, mereka ada kesemangatan lagi untuk belajar. Banyak siswa ketika kelas tiga, cobaan umum sekolah, yaitu rasa malas hinggap pada diri teman temanku, dengan bekal motivasi dan ajakan yang aku punya. Mereka semua menjadi semangat belajar. Aku langsung diajak ke depan berkumpul dengan teman teman yang lain.tak lupa, aku sebelum duduk ,aku mencari wali kelasku dulu ketika kelas dua, yaitu ibu Monaslia Irawati. Ketika itu sangat cantik dan anggun. Guruku ini datang bersama dengan suaminya yang bernama Muhammad agus salim. Yang terkenal dengan kedisiplinannya. Jika terlambat sedikit, langsung dipukul sampai berbekas warna biru gratis tanpa bayar. Tapi gak bisa jalan akhirnya. Heheehehe.
(maaf tak aku ceritakn semuanya)
Akhirnya “Fikri Farikhin memperleh juaara satu “. Itulah juara yang aku hasilkan ketika itu. Aku maju kedepan untuk mendapat hadiah dari kepala sekolah. Ketika itu sekolahku mengundang bapak camat, dan akhirnya hadiah tak hanya aku terima dari kepala sekolah tapi juga dari bapak camat.
Aku mendapat hadiah berupa uang 200 ribu rupiah dari bapak camat. Dan 100 ribu rupiah dari kepala sekolah dan juga buku buku pilihan. Dan dari wali kelasku aku dapat hadiah buku novel berat. Memang aku ketika smp sudah suka membaca novel yang berat berat. Seperti Bumi manusia, karaya pramoedya ananta toer, Dunia Sofie, karya-karya chairil Anwar dan lain sebagainya.
Part 3
Aku memutuskan unttuk meninggalkan desaku tercinta, sebab aku sudah tidak merasa betah. Aku dimana-mana disanjung sanjung , dipuji karena kepandaianku. Banyak perempuan suka padaku. Bahkan putri kepala sekolahku yang (ketika itu menjadi bunga desanya sekolahku) menyurati aku dan berkata jujur padaku bahwa dia ingin aku menjadi pacarnya.heh, pacar? aku tolak, karena aku sadar akau siapa [aku sadar mergo aku sadar aku sopo. wkwkwkw]
Bagaimanapun aku tak mau . aku masih ingin mencari ilmu. Akhirnya aku putuskan untuk meninggalkan desaku. Aku ingin mencari suasana yang baru dikota. Agar aku tak ada yang mengenali, agar tak ada yang memujiku. Tak ada perempuan yang suka padaku. Karena aku miskin dan tak punya apa apa. Dan menjadi orang biasa.
Orangtuaku setuju. Kendati berat. Apalagi ibu. Ibuku sebenarnya berat, tapi karena aku bersikeras untuk meninggglakan desa,akhrinya ibuku mengizinkannya.
Akhirnya aku ke kota dan aku mengikuti ujian tes masuk di sekolah yang paling terkenal di Tulungagung. Yaitu SMUBOY.yaitu sekolah menengah atas boyolangu.
Itu adalah sekolah favorit di Tulungagung. Ketika itu nilai ujian nasional tertinggi adalah 50, siswa yang ingin mengikuti ujian masuk disitu dengan nilai 40, itu tak diterima. Minimal 42. Jadi jika termasuk siswa kurang cerdas tak mungkin boleh ikut ujian .dan Alhamdulillah aku bisa melewati ujian masuk disitu dengan mudahnya.
Dan dari sinilah cobaan hidupku bermula ………..
Aku harus kost, makan , sekolah dan memenuhi kebutuhan lain dengan biaya sendiri.
Terkadang aku ingin pulang kedesa. Sebab, aku susah. Dikota ternyata susah. Mencari uang tak semudah di desa. Dikota serba individualis orangnya. Aku bingung. Aku harus sekolah, makan dan lain lain, dengan keringatku sendiri.
Akhirnya ketika itu aku punya pekerjaan, yaitu menjadi tukang bersih-bersih kolam renang. Aku bagi waktuku. Pagi setelah subuh, aku ikut mengaji dipondok pesantren yang tak jauh dari tempatku kost, jam 7 sampai jam 2 aku sekolah, jam setengah tiga smapi jam 4 aku mengaji kitab dan kajian agama di lembaga diniah dan setelah itu hingga jam sepuluh malam aku kerja sebagai cleaning service di kolam renang di tulungagung.
Tahun pertama aku bekerja aku bisa maksimal. Dan hasilnya cukup untuk makan, biaaya sekolah dan mengaji, dan tiap bulan aku juga bisa kirim uang ke desa untuk ibu yang aku titipkan teman di tempat aku bekerja.
Ujian mulai terasa. . .
Aku mulai sakit. Aku tak enak makan ,dan badanku menjadi kurus. Aku jadi tak kuat bekerja. Lalu aku pergi ke dokter. Aku pergi ke dokter, nama dokternya adalah Lilik . Ia dokter laki laki. tapi entahlah namanya kok lilik. Dia Kristen. Tapi setiap menyuntik pasien selalu menyuruh membaca basmalah, dan jika ada seorang kiai atau tokoh agama yang suntik atau berobat , tak pernah disuruhnya membayar. Hebat bukan .gak seperti sekarang.
Dokter lilik bilang kalu aku sakit liver. Jadi aku tak boleh bekerja hingga menyebabkan aku capek. Serasa aku dipukul palu dadaku ketika itu. aku harus bagaimana. Aku harus kerja untuk sesuap nasi, tapi aku tak boleh capek. Aku menangis dihadapannya pak dokter lilik.
“pak,saya ini kan harus bekerja, saya di kota ini tak punya siapa siapa, semua keluarga saya di desa, jadi saya harus berkerja sendiri, lalu bagaimana jika saya gak boleh capek?”
“boleh capek, tapi jangan terlalu, fikri harus punya waktu khusus untuk istirahat. Jangan untuk aktivitas terus menerus
”
Akhirnya aku putuskan untuk berhenti mengaji pagi dan sore. Pagi stelah subuh, aku olahraga, lalu sekolah, dan setelah sekolah aku tidur. dan jam 4 aku berang bekerja hingga jam 10 malam . Dan akhirnya nilaiku mulai merosot. Ditahun pertama aku bisa mendapatkan peringkat tiga. Tapi ditahun kedua ini aku mendapatkan peringkat 11. Kok kayak pemain sepak bola saja. Aku tertawa sendiri . Aku tertawa sambil menangis. Aku bagaimana ini. Tapi ya sudahlah. Tak ada gunanya menyesali sesuatu yang telah terjadi . Ia takkan pernah kembali. Lebih baik aku fokus pada masa depanku.
Di tahun ketiga, aku bingung, aku harus bekerja lebih banyak lagi, kerena ketika itu barang-barang naik, tapi penghasilanku tetap.dan biaya sekolahpun bertambah, sebab aku harus mengikuti ujian nasional. Tak sedikit dana yang harus aku kumpulkan ketika itu. aku bingung, aku pernah bilang pada bos tempat aku bekerja, “ pak sekarang kan barang-barang naik, apa tidak dinaikkan upah saya bekerja?”. Dia menjawab, kalau mau kerja disini ya segini bayarannaya. Kalau gak mau ya sudah. Pergi sana cari tempat lain.
Ketika aku mendapat jawaban seprti itu aku menangis, ya Allah akankah aku selesai sekolah, berhenti atau aku selesaikan sekolahku?. Tapi aku bagaimana ini. Rasanya aku ingin kembali ke desa. Tapi kepalang tanggung. Baju sudah basah. Aku harus nyemplung sekalian . aku harus kerja lebih giat lagi. Akhirnya aku kerja sebagai tukang Koran. Aku pagi jam tiga sudah bangun shalat malam lalu bergegas pergi ke newsstand(kios Koran). Lalu aku mengantarkan ke tempat-tempat orang-orang pesan. Hingga berakhir jam setengah tujuh. Dan sorenya setelah sekolah aku kerja di penggorengan kacang. Dan malamnya aku harus kerja di tempat kolam renang sampai jam 10 malam. Rasanya kayak mau mati. Hidupku hancur. Aku harus kerja, tapi aku juga harus sehat dan tak boleh lelah, karena aku sakit liver. Aku bingung. Bagaimana ini.
Aku tiap malam ketika shalat tahajjud selalu menagis mengingat kegiatanku saat ini. Kapan aku harus belajar. Tak ada waktu belajar buat aku. Semua sudah aku gunakan untuk bekerja. Dan setiap sekolah aku pasti mengantuk . aku sudah dipanggil tiga kali oleh wali kelasku. Karena nilaiku rendah dan sering tidur dikelas. Wali kelasku bilang, jika tak ada perubahan terpaksa aku harus berhenti sekolah .dan tidak bisa mengikuti ujian nasional. Aku bingung. Aku menangis. “maafkan anakmu ibu, abah, belum bisa menjadi anak kebanggaanmu.”
Aku harus menepis semua ini,aku harus bekerja. Sebisa mungkin. Aku berfikir. Jika memang aku harus diberhentikan dari sekolah aku akan terima itu. memang itu salahku karena sering tidur dan terlambat sekolah. Tapi aku tak boleh menyerah, aku berfikir, mungkin dari inilah aku bisa mendapatkan hikmah.
Inna ma’al yusri yusro(setelah kesulitan pasti ada kemudahan). Wamayyatawakkal alallah yaj’al lahu makhroja.(barang siapa yang bertawakkal pada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya).
Detik-detik ujian nasional pun datang. Tiga bulan sebelum itu, siswa siswa sudah bingung untuk belajar. Karena yang dulunya hanya dua macam soal, menjadi lima macam soal perkelas. Banyak guru guru yang kebakaran jengggot harus bagaimana mengajar muridnya. Banyak siswa perempuan yang takut tidak lulus. Sebab materi yang biasanya mudah, ketika itu dibuat sulit. Katanya itu sudah ketentuan dari depdikbud. Sekolah tak bisa mengelak. Yang bisa guru-guru lakukan hanyalah mengajar semaksimal mungkin pada anak didiknya. Dan inilah yang menjadi kendala buat aku .aku harus ikut les. Yang kemarinnya aku bisa buat kerja aku sekarang harus ikut les. Akhirnya pendapatanku berkurang.aku bingung lgi.
Part 4
Ujian Nasional pun dimulai. Semua siswa dan siswi memasuki kelas. Aku juga. Dan ketika itu aku blank alias tidak belajar sama sekali dan juga rasa kantukkpun sangat menyerang tubuhku. Aku memaksakan diri untuk tidak tidur. lalu aku buka soal itu, bismillahirrahmanirrahim. Aku langsung teringat ayahku dan ibuku. Jika aku ujian apapun ayah dan ibuku selalu menyuruhku membaca doa
"Robbisrohli sodri wayassirli amri …..ila akhirihi).
Lalu setelah membaca doa, aku buka, tak ada yang aku faham kecuali sedikit. Ketika itu materinya adalah IPA. Tak bisa mengerjakan sama sekali sebab memang tak pernah belajar. Aku menangis, yaa Allah,aku bagaimana ini, jika aku tak lulus bagaimana. Aku bingung. Aku bingung aku bingung ya Allah.
Lalu aku ingat dengan guru guruku semua. Aku memang terbiasa kirim fatihah kepada orang tua, kakak saudara dan tak lupa kepada guru guruku semua. Lalu aku baca fatihah untuk aku hadiahkan kepada guru guruku semua. Dan diakhir aku membaca fatihah, suasana menjadi tenang. Dan akhirnya semua gelap gelap dan gelap. Aku tak bisa melihat sekelilingku. Lalu setelah itu ada cahaya terang dari jauh. Makin lama makin dekat, aku takut. Lalu aku baca fatihah lagi, semakin aku baca fatihah semakin mendekatlah cahaya itu, ternyata ada sosok bergerak. Lalu seseroang yang senyum padaku. Ternyata makin lama makin banyak dan makin banyak. Mereka semua adalah guruku semua. Satu satu mereka menjelaskan materinya masing masing. Materi kelas 1 sampai kealas 3 smu. Tak lama kemudian ada yang memanggilku, fikri fikri fikri, hey,hey, aku bingung mencari sumber suara itu. dan akhrinya aku seperti terkena petir, doooor,door doooor.akhirnya aku bangun. Ternyata barusan aku tertidur. Ternyata hanya mimpi. Dan kepalaku sakit sekali . sebab barusan aku ternyata dipukul oleh penjaga ujian nasionalku. Sebab aku tidur saat ujian .aku dimarahi habis habisan. “katanya sekolah favorit, tapi ketika ujian nasional aja tidur. sekolah apa ini”.kata guru itu.
“Maaf pak ,saya capek dan ngantuk.”kataku.
Lalu aku mengerjakan soal lagi dalam keadaan mengantuk.
Part 5 [Ending]
tepatnya hari ahad tanggal 11 Maret tahun 2005,
Hari ini aku wisuda. Tapi aku tidak wisuda.sebab aku belum bisa membayar biaya administrasi .tapi biarlah yang penting akubisa ambil nilaiku.
Aku berangkat kesekolah. Sampai sekolah semua sudah menggunakan baju wisuda layaknya mahasiwa perguran tinggi. Putra putri saling foto memfoto . mereka semuanya akan diwisuda. Kendati nilai belum diumumkan .tapi yang jelas, mereka semua positive thinking lulus. Sebab memang mereka semua sudah mempersiapkan ujian dengan sebaik baiknya. Tak seperti aku. Tapi aku juga berusaha untuk positive thinking. Aku juga yakin bahwa aku lulus. Karena dulu kan di smp aku juara 1.
Tak disangka. Aku dipanggil wali kelas. Disuruh menghadap kepala sekolah. Wajah wali kelasku tak menunjukkan rasa bahagia. Aku sudah merasakan sesuatu yang tidak beres. Wali kelasku bilang sekarang saya suruh menghadap kepala sekolah.tapi jangan disini, dirumahnya. Lalu aku dibonceng wali kelasku. Wali kelasku menangis,ketika diperjalanan ketika memboncengku. Disitu aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi padaku. Tapi aku tak boleh menyesalinya karena semua itu sudah menjadi keputusanku.
Dijalan wali kelasku bilang, makanya jangan cuman kerja saja. Saya tau kamu itu bekerja untuk membiayai hidup kamu. Tapi bagaimana akhirnya jika harus berakhir seperti ini sekolahmu. Apa kamu tidak kasihan ke orang tua kamu. Kamu tidak lulus satu kali , tapi hal itu akan membekas kepada anak turunmu.
Ibu sadar, tapi tapi tapi,…..[tetesan air matapun mengalir di pipi ibu wali kelasku].
“biarlah bu, semua sudah menjadi keputusan saya. Saya memang harus bekerja. Jika memang saya tidak lulus , ya tidak apa apa. Toh saya tidak belajar bukan karena saya main santai santai seperti anak-anak muda yang lain. Saya bekerja. Untuk saya hidup dan juga saaya kirimkan buat keluarga. Jadi jika memang Allah menakdirkan saya tidak lulus dalam ujian ini, saya terima dengan ikhlas. Semua dari Allah bu, saya tak boleh melawan kehendak Allah. Biarlah semua yang memutuskan Allah. Mungkin ini baik buat saya di hari kelak.”
Sampailah aku dirumah pak kepala sekolah, sudah menjadi kebiasaan jika ada siswa tidak lulus pasti disuruh ketempat kepala sekolah untuk diberi wejangan, sehingga bisa lebih baik untuk hari esoknya. Begitu juga aku hari ini. Aku disuruh ketempat kepala sekolah. Syukurlah guru guruku dan khususnya kepala sekolahku tidak tega jika sampai aku nanti malu di depan teman teman. Semua lulus dan aku tidak. Terimakasih ya Allah.
“Oh ini, anaknya”Tanya kepala sekoalhku ketika aku memasuki rumah beliau bersama ibu wali kelas.
“ia pak,”meski aku sudah ikhlaskan, tapi aku tetap tak bisa membendung air mataku jatuh. Aku merasa perjuanganku tiga tahun dan sekarang adalah hari puncaknya ternyata gagal total. TIDAK LULUS.
“maaf pak, saya tidak sempat belajar sama sekali di kelas tiga, karena saya harus bekerja.”
“kenapa kamu bilang gitu fikri, saya tahu itu.saya sudah tau dari anik." Anik adalah putri tunggal dari bapak kepala sekolah itu. dan Anik ini adalah gadis tercantik yang ada disekolahku ini. Disamping cantik , anik ini juga selalu mendapat juara satu.
Ternyata gadis cantik yang bernama anik, yang punya kepanjagan Anik Dwi Hartini Tabrani, yang menjadi dambaan semua anak laki laki di sekolahku, telah memperhatikanku.
Lalu kepala sekolah juga bilang
“dia sangat kagum dengan prestasimu di masa smp dulu. Dulu di smp juga pernah menjadi osis. Cuman bukan ketua. Tapi hanya sebagai wakil saja. Dan kamu tau, dia sekolah dimana, dia sekolah di smp 1 pancasila, tempat kamu pernah mengadakan acara persahabatan antar sekolah. Yang pada waktu itu kamu katanya memberikan sambuatan . Anik sangat iri bisa seperti kamu. Awalnya aku tak percaya. Dia juga tau bahwa kamu adlah kamu sudah bekerja sendiri. Rajin ibadah. Dan tidak pernah mau pacaran. Itulah yang membuat anik menaruh simpati ke kamu. “
Lalu kepala sekolah memengan pundakku dan akhirnya menangis, dalam tangisnya, beliau bilang “ fikri , saya sebagai kepala sekolah sangat bangga punya murid sepertimu .seandainya putraku dulu masih hidup , betapa bangganya saya. Dulu saya punya putra cerdas seperti kamu, namanya mirza abdillah, namun, ketika kelas tiga sma, ketika akan menerima hasil ujian nasional , dia kepantai liburan dan akhirnya hilang terkena ombak, dan ketika ketemu sudah terbujur kaku.
“lalu anik itu adinya ya pak?”aku coba untuk bertanya pdnya.
“ya, anik adalah putriku. Adiknya mirza,dan menurutmu anik itu bagaimana?cantik apa tidak?”
Aku bingung mau menjawab bagaimana. Nanti jika aku menjawab tidak, aku dikira tak menghina, tapi jika aku bilang cantik, ntar dikira aku suka dengan anaknya, akhirnya aku jawab “ ya cantiklah lah pak, namanya juga perempuan. Kalo saya ya ganteng, saya kan laki laki.hehehe”.
Lalu kepala sekolah dan wali kelasku pun tertawa.
"Begini fik, tadi bapak menyuruh ibu wali kelas kamu ini untuk datang kesini, karena aku penasaran, seperti apa sebenarnya kamu itu. dan sekarang bapak sudah tahu kamu . karena anik ngomongnya terlalu tinggi, seperti dibuat buat. Kayak novel saja kata saya. Dan ternyata itulah adanya.
Yang jelas, saya sangat bangga, punya murid seperti fikri ini. Jika fikri ingin melanjutkan kuliah setelah ini,saya akan menanggung semua biayanya. Sambil ketika kuliah nanti, kamu bisa menemani anakku anik agar dia bisa mandiri seperti kamu. Dia manja sekali. Karena wajar memang dia putri tunggalku. Rumahku yang sebesar ini buat siapa kalo bukan buat dia. Dan juga ibunya juga sudah tidak ada .sudah wafat. Jadi, yang aku punya sekarang ya hanya anik. Jadi sudilah kamu nanti kuliah menemani anakku ini."
Aku semakin bingung, dan ibu wali kelasku juga bingung. Katanya aku gak lulus, tapi kok malah gini ngomongnya kepala sekolah, aku lalu berbisik pada ibu wali kelas.
"Buk ,katanya aku gak lulus. Kok kepala sekolah bilangnya gitu."
Lalu aku tanyakan kepada pak kepala sekolah, “maaf pak , saya lulus apa tidak dalam ujian nasional ini?”
“loh gimana to , apa kamu belum tahu, bahwa juara terbaik dari yang terbaik dalam ujian nasional tahun ini , bukan hanya sekolah ini, tapi nilai terbaik dari semua sekolah negeri di tulungagung ini adalah kamu, fikri. “
“ ha, ya pak”
“iya”
“ya Allah, terimakasih ya Allah,”
Air mataku menetes tiada henti yang tak bisa aku bendung.
“dan juara dua terbaik dari sekolah di tulungagung ini juga diraih oleh sekolah kita, yaitu seorang putri yang sangat kagum dengan kepribadianmu sebagai seorang pelajar, yaitu anakku sendiri, Anik Dwi Hartini.
Novel ini adalah based on the true story dari seorang guru yang sangat penulis kagumi hingga kini.
Jember , juma’t 8 november 2013.
Post a Comment for "HADIAH FATIHAH [Sebuah Novel]"