AL-MUNASABAH
A. Pengertian Munasabah
Menurut bahasa, Al-Munasabah berarti ässälldan árle artinya keserasian dan kedekatan. Selanjutnya Quraish Shihab menyatakan (menggarisbawahi As-Suyuthi) bahwa munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surah, dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna antarayat dan macam-macam hubungan, atau kemestian dalam pikiran (nalar).
Makna tersebut dapat dipahami, bahwa apabila suatu ayat atau surah sulit ditangkap maknanya secara utuh, maka menurut metode munasabah ini mungkin dapat dicari penjelasannya di ayat atau di surat lain yang mempunyai kesamaan atau kemiripan. Kenapa harus ke ayat atau ke surah lain? Karena pemahaman ayat secara parsial (pemahaman ayat tanpa melihat ayat lain) sangat mungkin terjadinya kekeliruan. Fazlurrahman mengatakan, apabila seseorang ingin memperoleh apresiasi yang utuh mengenali Alquran, maka ia harus dipahami secara terkait. Selanjutnya menurut beliau apabila Alquran tidak dipahami secara utuh dan terkait, Alquran akan kehilangan relevansinya untuk masa sekarang dan akan datang. Sehingga Alquran tidak dapat menyajikan dan memenuhi kebutuhan manusia. Jadi, tidak heran kalau dalam berbagai karya dalam bidang Ulumul Quran tema munasabah hampir tidak pernah terlewatkan.
Jika diperhatikan ternyata urgensi ilmu munasabah akan semakin kelihatan dengan jelas, kalau digunakan untuk melihat salah satu keistimewaan Alquran itu sendiri. Menurut Subhi Sholeh bahwa di antara keistimewaan Alquran adalah memiliki sifat syumul (serba mencakup). Maka untuk mengetahui Alquran yang syumul tersebut, salah satu di antaranya harus melihat korelasi antara satu ayat dengan ayat lainnya, atau antara satu surah dengan surah lainnya.
B. Pendapat-Pendapat di Sekitar Munasabah
1. Tertib Surah dan Ayat
Para ulama sepakat bahwa tertib ayat-ayat dalam Alquran adalah tauqifiy, artinya penetapan dari Rasul. Sementara tertib surah dalam Alquran masih terjadi perbedaan pendapat.
Ada tiga pendapat yang berbeda mengenai tertib surah dalam Alquran, yaitu
a. Tauqifiy
Menurut jumhur ulama bahwa tertib surah sebagaimana dijumpai dalam mushaf sekarang ini adalah tauqifiy.
Kelompok ini mengajukan alasan sebagai berikut:
1) Setiap tahun Jibril datang menemui Nabi dalam rangka mendengarkan atau menyimak bacaan Alquran yang dilakukan oleh Nabi, selain itu pada mu`aradlah yang terakhir dihadiri oleh Zaid bin Tsabit dan di saat itu Nabi membacanya sesuai dengan tertib surah sekarang.
2) Nabi sering membaca Alquran dengan tertib surah seperti yang ada sekarang
b. Ijtihady
Kelompok ini mengatakan bahwa tertib surah dalam Alquran adalah ijtihady. Alasan mereka adalah:
1) Tidak ada petunjuk langsung dari rasulullah tentang tertib surah dalam Alquran.
2) Sahabat pernah mendengar Rasul membaca Alquran berbeda dengan susunan surah yang sekarang, hal ini dibuktikan dengan munculnya empat buah mushaf dari kalangan sahabat yang berbeda susunannya antara satu dengan yang lainnya, yaitu mushaf Ali, mushaf 'Ubay, mushaf Ibn Mas'ud, mushaf Ibnu Abbas.
3) Mushaf yang ada pada catatan sahabat berbeda-beda. Ini menunjukkan bahwa susunan surah tidak ada petunjuk resmi dari Nabi.
Dari dua pendapat dan alasan di atas, maka boleh jadi susunan surah itu sebagian bersifat tauqifiy dan sebagian lagi bersifat ijtihady. Akibat dari dua pendapat di atas muncul pendapat yang ketiga.
c. Tauqifiy dan Ijtihady
Pendapat ketiga ini mengatakan bahwa tertib sebagian surah dalam Alquran adalah tauqifiy dan sebagian lagi adalah ijtihady. Alasannya:
1) Ternyata tidak semua nama-nama surah itu diberikan oleh Allah, tapi sebagiannya diberikan oleh Nabi dan bahkan ada yang diberikan oleh para sahabat. Adapun yang diberikan oleh Allah misalnya Al-Baqarah, At-Taubah, Ali Imran, dan lain-lain. Nama surah yang diberikan oleh Nabi adalah yang Nabi sendiri menyebutkan surah tersebut, seperti Surah Thaha dan Yasin. Surah yang diberi nama oleh para sahabat seperti Al-Baro’ah, yaitu surah yang tidak diawali dengan lafaz basmalah.
2) Seseorang bertanya kepada Usman mengapa Surah AlBaro'ah tidak memakai basmalah? Usman menjawab: saya lihat isinya sama dengan surah sebelumnya (Al Anfal). Rasul tidak sempat menjelaskan di mana diletakkan surat tersebut sampai beliau wafat. Akhirnya saya meletakkan sesudah Surah Al Anfal”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa dari Rasul tidak ada petunjuk mengenai urutanurutan surah dalam Alquran.
Namun demikian alasan yang dikemukakan tersebut dipertanyakan. Ternyata riwayat tersebut, menurut sebagian ulama adalah lemah, baik dari sisi sanad maupun matan. Dari sisi sanad bahwa Yazid yang meriwayatkan hadis tersebut tidak dikenal oleh Bukhari dan Ibnu Katsir. Dari sisi matan ternyata Rasul wafat satu tahun tiga bulan setelah turunnya Surah Al Baro’ah, jadi tidak mungkin sekiranya tidak dijelaskan oleh Rasul.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa susunan atau tertib surah yang ada dalam Alquran itu adalah ditetapkan secara tauqifiy.
2. Tentang Munasabah
Pada bagian ini muncul pertanyaan, apakah munasabah itu ada atau tidak? Dari pertanyaan ini muncul dua pendapat yang berbeda sebagai jawabannya. Pendapat pertama mengatakan bahwa munasabah itu tidak ada. Dan pendapat yang kedua mengatakan bahwa munasabah itu ada.
Argumentasi pendapat pertama bahwa: Suatu kalimat baru memiliki munasabah apabila ia diucapkan dalam konteks yang sama. Karena ayat Alquran turun dalam berbagai konteks, maka tidak mesti ia memiliki munasabah. Pendapat tersebut dikemukakan oleh seorang mufassir yang bernama Izzudin ibn Abdul Aslam. Di sini kelihatan bahwa Izzudin seakan ingin mengatakan bahwa susunan ayat mesti berdasarkan masa turunnya, misalnya (a, b, c, d, e, ...). Bilamana susunannya sudah diubah, kalaupun mau mengatakan bahwa itu ada munasabahnya, berarti itu terlalu dipaksakan.
Sementara argumen pendapat kedua mengatakan bahwa ketidakberurutan itulah menunjukkan adanya rahasia. Di sinilah relevansi pembicaraan munasabah. Pendapat adanya munasabah dalam Alquran juga dikemukakan oleh mufassir, di antaranya AsSuyuthi, Al-Qaththan, Fazlurrahman, dan lain-lainnya.
Post a Comment for "AL-MUNASABAH"